Kerjasama UNY-UM Jerman Berbagi Pengalaman dalam Keberagaman

YOGYAKARTA (12/11/2022) - Teaching Diversity-Diversity in Teaching (TDDT) merupakan program pendidikan yang dibiayai oleh DAAD dan sebagai proyek kolaboratif antara Jerman dan Indonesia. Diluncurkan sejak tahun 2021, proyek ini tergolong dalam jalur pendanaan "Dialog Universitas dengan Dunia Islam". Tim yang terlibat dalam proyek ini adalah Juliane Stude dan Kordula Schulze dari Institut Jerman WWU Münster, serta Drs. Widiastuti Phurbani yang menjabat sebagai Wakil Direktur Departemen Pascasarjana di Universitas Negeri Yogyakarta.

Sebanyak 18 mahasiswa dari Sekolah Pascasarjana Universitas dan mahasiswa S2 dari Universitas Münster, bersama dengan dua mahasiswa sarjana dari Program Pendidikan dan Penelitian Bahasa Jerman di Fakultas Bahasa Seni dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta diundang oleh penyelenggara proyek pembelajaran TDDT untuk mengikuti kegiatan ini. Chayyu Zalena Hawie dan Felisius Octavianus Bowe merupakan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman di FBSB UNY yang berpartisipasi dalam program ini selama dua minggu. 

Profesor Sulis Triyono, seorang dosen di Studi Jerman di FBSB UNY menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa secara profesional terkait dengan aspek heterogenitas dalam pertukaran bilateral, serta untuk mengembangkan pemahaman tentang aspek dan masalah heterogenitas dalam konteks pendidikan. Menurut Prof. Sulis Triyono, konsep untuk mengatasi keberagaman di kelas telah disusun melalui kerjasama dalam kelompok kecil di lima sekolah di Yogyakarta. Pendekatan ini diterapkan melalui kelompok pembelajaran pasca Intensive Summer Camp dan dievaluasi dengan mempertimbangkan standar yang sudah ada. Hasil dari usaha ini menunjukkan bahwa strategi pengajaran yang responsif terhadap keberagaman tidak hanya mempertimbangkan variabel budaya, bahasa, agama, dan gender siswa, tetapi juga memperhitungkan faktor-faktor lain seperti gaya belajar dan minat individu dalam proses pembelajaran. Meskipun menggunakan metode pembelajaran kooperatif, ada manfaat positif tambahan yang diantisipasi dari keberagaman dan multikulturalisme dalam lingkungan pembelajaran kelompok.

“Dalam kerjasama lintas negara seperti ini, terlihat bahwa keberagaman tidak hanya tentang mengakui keberagaman itu sendiri, tetapi juga tentang sikap yang muncul sebagai tanggapan terhadap keberagaman tersebut” , ucap Profesor Dr. Dra. Wening Sahayu M.Pd., selaku koorprodi di bidang Pendidikan Bahasa Jerman di FBSB UNY. Sikap-sikap ini mencakup penghargaan terhadap perbedaan dan penerimaan terhadap keberagaman individu. Meskipun demikian, pandangan yang melihat keberagaman sebagai sesuatu yang biasa dan sebagai sebuah kekayaan masih belum meresap secara luas, terutama dalam sektor pendidikan di Indonesia dan Jerman.(Astri/Fabian)